1. Definisi dan Klasifikasi
Pancing tonda dikenal dengan nama “kap Tunda”,”pancing Irid”,”pancing pengencer”,”pancing pemalesan”,“pancing klewer” dan masih banyak nama-nama daerah lainnya. Alat penangkap ikan pancing tonda termasuk aktif, terdiri dari tali, mata pancing, swivel dan umpan buatan yang juga berfungsi sebagai pemberat yang di tarik di atas kapal. Pancing tonda diklasifikasikan kedalam alat tangkap pancing (Subani dan Barus 1989).
2. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Alat tangkap ini terdiri atas line atau tali panjang, mata pancing, penggulung
tali, dan pemberat (biasanya sekalian umpan buatan). Tali pancing terbuat dari bahan polyamide (PA) monofilament No 60, panjang 40 meter per unit. Mata pancing ukuran no 7 atau no 8 terbuat dari bahan besi sebanyak tiga buah yang diikat menjadi satu dengan memakai tipe simpul double sheet band. Penggulung tali terbuat dari bahan plastik atau kayu. Pemasangan bagian-bagian pancing dimulai dengan mengikat tiga buah pancing yang berukuran sama menjadi satu, kemudian masukkan tali pancing pada umpan buatan dari benang sutera. Setelah itu pancing diikatkan ke mata pancing sehingga satu unit pancing tonda siap dioperasikan (Handriana 2007). Parameter utama alat tangkap ini adalah jumlah dan ukuran mata pancing yang di operasikan dalam kegiatan penangkapan.3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1. Kapal
Pancing tonda umumnya di operasikan dengan perahu kecil. Ukuran perahu di banda aceh panjangnya 15-20 m dengan mesin diesel dalam berkekuatan 33 HP yang menggunakan 15 pancing. Secara rinci spesifikasi perahu pancing tonda adalah sebagai berikut :1) Jenis perahu inboard engine. 2) dimensi 11,5 x 2,8 x 1,2 m. 3) bahan kayu bungur. 4) mesin utama (yanmar 22 PK) dan mesin cadangan (jiondang 18 PK). 5) bahan bakar solar. 6) tanki BBM sebanyak 2 buah dengan kapasitas tiap tangki 250 liter. 7) palkah sebanyak 3 buah, bagian luar dan penutupnya dari kayu, bagian dalamnya dari alumunium (Handriana 2007). Penangkapan pancing tonda dilakukan di siang hari, kegiatan penangkapan bisa menggunakan perahu layar, atau kapal motor (Subani dan Barus 1989).
3.2 Nelayan
Jumlah nelayan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pancing tonda sebanyak 4-6 orang. Tterdiri dari satu orang nahkoda merangkap sebagai fishing master. Satu orang juru mesin dan 2-4 orang ABK yang masing-masing mengioperasikan satu atau lebih pancing pada saat operasi penangkapan berlangsung.
3.3 Alat Bantu
Alat bantu pancing tonda yaitu rumpon. Rumpon berfungsi untuk mengmpulkan ikan sehingga nelayan tidak susah untuk mencari ikan (Subani dan Barus 1989).
3.4. Umpan
Penggunaan umpan alami pada pancing tonda jarang digunakan. Hal ini karena sifat umpan alami yang mudah lepas dan mudah rusak oleh gerakan air selama operasi penangkapan ikan berlangsung. Jenis umpan yang digunakan adalah umpan buatan yaitu jenis ikan layang, kembung, bandeng, belanak, lemuru dan tembang.
4. Metode Pengoperasian Alat
Pengoperasian pancing tonda dimulai dengan persiapan terlebih dahulu. Tahap persiapan terbagi menjadi dua bagian yaitu persiapan di darat dan persiapan di laut. Persiapan di darat meliputi pengisian dan pengecekan bahan bakar, pengecekan mesin dan perahu, alat tangkap dan pengecekan alat bantu penangkapan dan lain-lain. Persiapan di laut meliputi pengaturan tali pancing dan gulungan pada posisi yang telah ditentukan (Handriana (2007).
Kegiatan penangkapan diawali dengan scouting atau pencarian gerombolan ikan dengan melihat tanda-tanda keberadaannya seperti warna perairan, lompatan ikan cakalang, dan buih di perairan. Pengoperasian pancing tonda dimulai dari pagi hari hingga sore tergantung situasi dan kondisi alam yaitu pukul 05.00-17.00 yang diduga pada saat itu adalah saat dimana ikan cakalang dan tuna bermigrasi untuk mancari makan. Pengoperasiannya dengan pemasangan alat tangkap (setting) yaitu mengulur alat tangkap perlahan-lahan ke perairan dan mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri perahu dengan jarak tertentu. Setelah setting berakhir tali pancing yang telah direntangkan disisi kanan dan kiri perahu ditarik terus menerus menyusuri daerah penangkapan dengan kecepatan konstan 2-4 knot dengan tujuan umpan buatan yang dipakai bergerak-gerak seperti mangsa. Untuk membuat umpan lebih aktif melayang di perairan, perahu dapat dijalankan dengan arah zig-zag. Pada saat salah satu umpan dimakan ikan, pemancing langsung memberitahu juru mudi atau nahkoda unutk menaikkan kecepatan perahu. Pada saat inilah penarikan tali pancing bisa dimulai. Salah satu ABK akan menarik pancing tersebut dan menggulung tali pancing pada penggulung. Setelah ikan diangkat keatas perahu maka pancing segera dilepas dari ikan dan pancing tersebut diulurkan kembali ke perairan. Langkah selanjutnya seperti pada saat setting telah berakhir dan begitu seterusnya sampai mendapatkan ikan kembali (Handriana (2007).
5. Daerah Pengoperasian
Menurut Hetharuca diacu dalam handriana 2007, daerah penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda merupakan daerah dimana oprasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga tempat ikan-ikan bergerombol, biasanya daerah yang menjadi sasaran tangkapan adalah daearh dimana terdapat ikan tuna yaitu pertemuan antara 2 arus yang terjadi, tempat terjadinya Upwelling, konvergensi, dan divergensi yang merupakan daearh berkumpulnya plankton, perairan yang memiliki salinitas 34%, temperatur optimum berkisar anatar 150C-300C pancing tonda juga di operasikan di daerah tempat ikan-ikan pelagis. Pancing tonda dioprasikan dibeberapa daerah seperti india, pelabuhan ratu, teluk lampung, banda aceh dan lain-lain.
6. Hasil Tangkapan
Menurut Monintja dan Martasuganda 1994 diacu dalam handriana 2007, secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi seperti ikan tuna (Katsuonus sp) dan ikan cakalang. Selain ikan-ikan tersebut pancing tonda dipergunakan untuk menangkap ikan yellowfin, skipjock, swordfish, dorado dan ikan pelagis lainnya.
Daftar Pustaka
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2005
Martasuganda, Sulaeman. 2003. Bubu (Traps) Serial Teknologi Penangkapan Ikan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Edisi Perdana, IPB, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar