Penulis :
Indra Akuntono |
Kamis, 1 November 2012 | 11:23 WIB
Photo: KOMPAS Images/Vitalis Yogi Trisna
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) menerima warga Kampung Baru, Muara Angke di Gedung Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (1/11/2012). Kedatangan warga ini terkait surat edaran pengosongan lahan oleh Dinas Kelautan dan Pertanian UPT Pengelolaan Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PK-PPPPI) karena lokasi akan dijadikan kawasan pembangunan terpadu Muara Angke.
JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Kamis (1/11/2012) pagi, memberikan beberapa wejangan kepada ribuan personel Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Dengan gaya khasnya, Jokowi pun menyampaikan petuah-petuahnya.
"Yang penting itu cara pendekatannya. Pendekatan yang saudara-saudara lakukan dalam hal menjaga ketertiban, keamanan, di masyarakat jangan sampai ada lagi yang menggunakan kekerasan fisik," kata Jokowi, di Lapangan Monas, Jakarta, Kamis, (1/11/2012).
Dikatakan Jokowi, elemen penting lainnya adalah mengedepankan proses dialog dan berbicara, tetapi tetap tidak menghilangkan sikap tegas Satpol PP. "Sekali lagi, kita juga harus tegas, tetapi tetap berdialog, ya. Tegas tidak berarti kasar. Itu berbeda. Tegas itu diangkut, tetapi tidak digebuki. Kalau pakai digebuki, itu namanya kasar," papar Jokowi.
Jokowi mengatakan, ketegasan masih sangat diperlukan karena, apabila Satpol PP tidak tegas, wibawa Satpol PP juga akan turun. "Enggak tegas, wibawa Satpol PP akan turun. Namun, penggunaan tameng, pentungan, pisau belati, sebesar-besarnya dan sedapat mungkin untuk dihindari," tuturnya.
Yang paling penting, dikatakan Jokowi, Satpol PP merupakan cerminan dan watak dari pemerintah daerah. Apabila Satpol PP memiliki wibawa, pemdanya juga memiliki wibawa. "Kalau kasar, pemdanya juga dipersepsikan kasar. Kalau di dalam sebuah wilayah daerah harus bersih, ya, bersihkan, tetapi cara-caranya persuasif dan dialog. Dengan cara preemptif, preventif, persuasif, dan rehabilitatif," kata Jokowi.
Jokowi pun mengingatkan, saat menertibkan pedagang kaki lima (PKL), personel Satpol PP jangan balas membentak pedagang apabila pedagang itu melawan. "Nanti malah berantem jadinya. Satpol PP diciptakan bukan untuk berkelahi. Saya kira semua sudah paham. Saya harap semua dapat menjalankan tugas dengan baik," kata Jokowi.
Seperti yang diketahui, Jokowi memang memiliki kisah unik bersama Satpol PP. Saat menjadi Wali Kota Solo, ia menghilangkan kesan kekerasan pada Satpol PP dengan meniadakan unsur pentungan dan tameng sebagai "ikon" Satpol PP. Bahkan, saat menjabat sebagai Wali Kota Solo, Jokowi juga mengangkat Kepala Satpol PP dari kaum perempuan untuk menghilangkan kesan kekerasan itu.